Anda mungkin sering mendengar istilah pain point dalam dunia bisnis dan marketing, tapi tahukah Anda apa sebenarnya artinya?
Secara sederhana, pain point adalah masalah, kesulitan, atau rasa sakit yang dirasakan oleh pelanggan atau calon pelanggan Anda ketika mencoba mencapai tujuan tertentu atau menggunakan produk/layanan yang ada.
Memahami “rasa sakit” ini adalah langkah fundamental. Ini bukan sekadar keluhan, tetapi celah yang menciptakan peluang bagi bisnis Anda untuk tampil sebagai solusi terbaik.
Apa Itu Pain Point?
Pain point adalah kesulitan yang dihadapi oleh audiens Anda, yang bisa berbentuk apa saja, mulai dari proses yang terlalu rumit, harga yang kemahalan, hingga kurangnya fitur yang dibutuhkan. Intinya, ini adalah titik di mana pelanggan merasa frustrasi dan tidak puas.
Ada beberapa kategori umum:
- Finansial: Pelanggan merasa produk/layanan yang ada terlalu mahal atau biayanya tidak transparan.
- Proses: Proses pembelian, penggunaan, atau layanan purna jual yang terlalu rumit, lambat, atau memakan waktu.
- Produktivitas: Pelanggan kesulitan mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan mereka karena hambatan tertentu.
Kenapa Pain Point Penting dalam Marketing & Penjualan?
Mengapa harus repot-repot mencari tahu apa yang menjadi titik masalah pelanggan? Alasannya sederhana: pain point atau titik masalah merupakan dorongan utama di balik keputusan pembelian. Orang membeli sesuatu karena mereka ingin menyelesaikan masalah atau menghilangkan rasa sakit.
Ketika Anda mengetahui pain point mereka, Anda bisa:
- Menawarkan Solusi yang Tepat: Produk atau layanan Anda bisa diposisikan sebagai “obat” untuk rasa sakit tersebut.
- Membangun Koneksi Emosional: Pelanggan akan merasa lebih didengar dan dipahami, yang meningkatkan loyalitas.
- Membuat Konten yang Relevan: Materi marketing dan iklan Anda akan langsung menyentuh masalah inti yang mereka hadapi.
Bagaimana Cara Menemukan Pain Point Pelanggan?
Menemukan titik masalah merupakan pekerjaan yang membutuhkan dedikasi dan observasi. Berikut beberapa cara efektif yang bisa Anda lakukan:
Analisis Data dan Insight dari Analytics
Lihatlah data dari website Anda. Halaman mana yang paling cepat ditinggalkan (tingkat bounce rate tinggi)?
Apa kata kunci yang membawa mereka ke sana? Data ini dapat menunjukkan area di mana pelanggan Anda merasa bingung atau tidak mendapatkan jawaban yang mereka cari.
Lakukan Customer Research secara Langsung
Cara paling jelas untuk menemukan pain point adalah dengan bertanya langsung. Lakukan survei, wawancara, atau bahkan sekadar mengobrol dengan pelanggan Anda. Dengarkan baik-baik keluhan mereka tentang produk sejenis yang pernah mereka gunakan sebelumnya.
Amati Kompetitor dan Review Pasar
Baca ulasan dari kompetitor Anda. Perhatikan apa yang dikeluhkan pelanggan mereka. Keluhan ini bisa jadi merupakan pain point yang belum terselesaikan di pasar. Jika Anda bisa menyelesaikannya, Anda akan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Contoh Pain Point dan Cara Mengatasinya
Misalnya, Anda bergerak di bidang jasa desain grafis. Salah satu kendala yang dapat menjadi titik masalah adalah proses revisi yang bertele-tele dan memakan waktu lama.
- Pain Point: “Sulit mendapatkan revisi desain yang cepat, prosesnya selalu lambat.”
- Solusi Kami: “Kami menawarkan garansi revisi dalam 1×24 jam kerja, didukung sistem tracking revisi yang transparan.”
Dengan menyajikan solusi langsung pada titik masalah, Anda tidak hanya menjual jasa desain, tetapi juga menjual efisiensi waktu dan kepastian.
Bagaimana Penerapan Pain Point dalam Digital Marketing?
Setelah pain point ditemukan, kini saatnya menggunakannya sebagai amunisi dalam strategi digital marketing Anda.
Gunakan Sebagai Konten Video Organik ataupun Ads
Masalah pelanggan harus menjadi dasar utama dalam pembuatan konten organik Anda, baik di Instagram, TikTok, atau YouTube. Buat konten yang memvalidasi “rasa sakit” mereka, baru kemudian perkenalkan solusi Anda.
Setelah konten organik tersebut terbukti berhasil dan menarik perhatian audiens, Anda dapat menyebarluaskannya secara masif melalui iklan berbayar (Meta Ads atau TikTok Ads).
Iklan yang berfokus pada titik masalah customer cenderung menghasilkan konversi yang lebih tinggi karena langsung berbicara pada masalah yang sedang dialami audiens.
Gunakan dalam Website
Website Anda bukan hanya katalog produk, tetapi juga alat untuk membangun kepercayaan. Website dapat dirancang dengan menampilkan titik masalah pelanggan di bagian-bagian penting, seperti headline di homepage atau di halaman produk.
Misalnya, jika masalah pelanggan adalah “Tidak tahu harus mulai dari mana saat ingin beriklan,” Anda bisa menggunakan headline seperti: “Stop Bingung Mulai Iklan dari Mana! Dapatkan Panduan Lengkap dari A sampai Z di Sini.”
Hal ini akan membuat pengunjung merasa lebih relate dan tertarik untuk menjelajahi website lebih jauh.
Dengan menjadikan pain point fokus utama strategi pemasaran Anda, Anda menunjukkan bahwa bisnis Anda ada bukan hanya untuk menjual, tetapi untuk benar-benar membantu. Jika Anda membutuhkan bantuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan strategi digital marketing yang berfokus pada titik masalah pelanggan, tim PAKAR Jasa siap menjadi konsultan dan mitra Anda dalam mencapai tujuan bisnis yang lebih besar.